Mengubah diri terlebih dahulu sebelum mengubah orang lain atau lingkungan. Kadang kita ingin segala sesuatu berjalan dengan baik. Kita berharap orang lain, lingkungan, dan peristiwa sesuai dengan keinginan kita. Kita mengharapkan perubahan terjadi pada dunia luar selain diri sendiri. Padahal itu tidak akan pernah bisa, seperti berharap pepesan kosong.Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Segala sesuatu akan baik bukan dengan mengubah dunia luar kita, tetapi justru dengan mengubah hati kita terlebih dahulu. Sukses, gagal, atau keadaan apapun yang ada di sekitar kita adalah cerminan dari hati kita. Jika kita ingin mengubah apa yang ada di luar diri kita, pertama-tama kita harus mengubah diri terlebih dahulu.
Untuk mengubah diri, mulailah dengan mengubah hati kita, menjadi hati yang hanya berharap kepada Allah. Niatkan apa yang kita inginkan dan panjatkan do’a dari hati yang terdalam. Seperti disebutkan dalam berbagai hadits, kita akan mendapatkan sesuai dengan yang kita niatkan dan do’a kita akan dikabulkan jika kita yakin dengan do’a kita. Keyakinan ini berbada di dalam hati.
“setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya“. (HR Bukhari Muslim)
Apabila kamu berdo’a janganlah berkata, “Ya Allah, ampunilah aku kalau Engkau menghendaki, rahmatilah aku kalau Engkau menghendaki dan berilah aku rezeki kalau Engkau menghendaki.” Hendaklah kamu bermohon dengan kesungguhan hati sebab Allah berbuat segala apa yang dikehendakiNya dan tidak ada paksaan terhadap-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadikan hati kita menjadi hati yang penuh dengan syukur. Secara logika, bagaimana kita bisa mendapatkan hal yang baru jika kita tidak bisa menerima hal yang lama. Nikmati apa yang sudah kita miliki, niscaya nikmat-nikmat lain akan mengikuti.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim:7)
Jika kita berharap orang lain, lingkungan, dan peristiwa berubah sesuai dengan keinginan kita, kita akan lelah tanpa hasil. Ciri orang yang seperti ini adalah orang yang biasa atau selalu mengatakan “Seandainya…”. Sebagai contoh, “Seandainya peluang itu datang ke hadapan ku”. “Seandainya atasan saya mengerti.” Orang seperti ini, tidak ada sedikitpun memikirkan untuk mengubah diri. Hanya orang lain, lingkungan, atau peristiwa yang dia salahkan.
Lupakan kata-kata seandainya. Mulailah untuk menata hati, mulailah mengubah hati maka semua yang ada di luar diri kita akan berubah. Jangan menghabiskan waktu untuk berharap orang lain memberi kesempatan. Carilah kesempatan sendiri. Jangan berharap orang lain selalu mengerti diri kita, mulailah kita untuk mengerti orang lain. Mulailah mengubah diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar